Dia salah seorang dari 99 pendiri Partai Demokrat yang kemudian menjabat Ketua DPP Partai Demokrat. Dia pun terpilih menjadi anggota DPR-RI
(2004-2009). Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini
berperan mensupport tema kampanye ekonomi SBY-MJK. Ia dinominasikan
menjadi menteri keuangan.
Dia adalah ekonom yang berani menggagas meningkatkan belanja pemerintah
untuk menggerakkan ekonomi, memberlakukan defisit anggaran, serta
menjadwal ulang pembayaran utang luar negeri secara bilateral.
Menurutnya, investasi modal asing belumlah segera dapat diraih sebab mesti
diawali langkah belanja tinggi pemerintah. Ia tergolong ekonom pemberani
yang tak konservatif sebab mau keluar dari arus utama ekonomi yang berlaku
umum.
Usai kemenangan pasangan Capres-Cawapres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
dan Muhammad Jusuf Kalla pada Pilpres tahapan kedua 20 September 2004,
pasar menunggu siapa tim ekonomi pemerintahan dalam lima tahun ke depan.
Nama Prof Dr Irsan Tanjung, yang sudah kenyang dengan pengalaman dan
dikenal sangat profesional di bidangnya termasuk yang dinominasikan dalam
tim ekonomi SBY-JK.
Ia bukan hanya pernah menjadi pejabat di Departemen Keuangan, ia juga
mengajar di beberapa perguruan tingggi, komisaris di beberapa bank
nasional terkemuka, menjadi pemikir dan pemasok utama isu ekonomi dalam
setiap kampanye SBY-Kalla. Dia juga salah seorang pendiri sekaligus Ketua
DPP Partai Demokrat yang berhasil meraih 52 kursi di parlemen pada Pemilu
Legislatif 5 April 2004. Dan lebih spekatakuler lagi, Partai Demokrat
berhasil mendudukkan pasangan SBY-Kalla sebagai Presiden dan Wakil
Presiden RI periode 2004-2009.
Sesuai dengan keahlian Irsan lalu menjadi salah satu ketua yang mengurusi
platform dan kebijakan partai di bidang ekonomi. Sejak itulah Irsan
dibantu sejumlah anggota tim ekonomi terus-menerus memberi masukan kepada
SBY. Mengingat kesibukan SBY yang bertumpuk baik semasih Menteri
Koordinator Politik dan Keamanan maupun setelah mundur dan aktif
berkampanye, tak ada waktu tetap bagi tim Irsan bertemu SBY. Mereka hanya
berusaha mengoptimalkan waktu masing-masing.
Dalam perjalanannya kemudian Irsan menjadi bukan pemasok tunggal isu-isu
ekonomi ke meja SBY dan MJK. Ada yang disebut sebagai The Brighteen
Institute, atau Tim Lembang 9. Demikian pula hadir pengamat pasar modal
Lin Che Wei yang menjadi sukarelawan. Semua secara sinergis menjadi
penopang utama perumusan kebijakan ekonomi terhadap SBY-Kalla. Sebagai
seorang demokrat sejati Irsan Tanjung tak merasa terusik dengan kehadiran
“teman baru” itu.
Irsan Tanjung selalu bernada bicara terpola, tenang, sorot matanya teduh
tak berprasangka, penuh kerendahan hati sebagaimana seorang beriman. Itu,
sepadan pula dengan paduan jas, dasi, dan sepatu yang biasa dikenakan.
Penampilan rapi itu diatur oleh istrinya tercinta boru Siregar, yang
memberinya tiga orang putri dan satu putra, Sandra, Helena, Trina, dan
Edwin.
Irsan Tanjung yang berpenampilan tenang ternyata seorang ekonom penganut
gerak ekonomi yang berani alias tidak konvensional. Beranjak dari kondisi
riil perekonomian Indonesia yang butuh pemantik besar untuk segera hidup
dan bangkit, ia menggagas pentingnya pertumbuhan ekonomi untuk memperluas
lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Resepnya, ia mengusulkan
peningkatan belanja pemerintah dan memperbesar defisit anggaran. Defisit
anggaran ini adalah sesuatu yang biasanya selalu dihindari kalangan
“ekonom konservatif”. Ini yang membuat Irsan Tanjung menjadi dijuluki
seorang “ekonom pemberani”.
Sebagai guru besar ekonomi ia tentu sangat mengetahui betul bahwa mesin
utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah investasi, bukan dengan
menaikkan belanja pemerintah. Namun titik pijak dan titik awal kebangkitan
perekonomian Indonesia saat ini adalah titik dimana pemodal asing masih
belum kunjung datang. Karena itu pemerintah mesti berinisiatif memberi
teladan untuk menumbuhkan kepercayaan investor. Ia menganggap stabilitas
fiskal perlu tetapi seorang Irsan Tanjung ternyata lebih suka stabilitas
yang dinamis bukan statis.
Pola pikir yang demikian menyempal dari arus utama terlihat pula dalam
bagaimana konsep Irsan Tanjung menangani utang luar negeri. Ia menekankan
pentingnya meminta penjadwalan utang dari negara-negara kreditor agar
utang tak membebani anggaran. Belajar dari pengalaman pada masa awal Orde
Baru, putusnya kerjasama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang
membuat hilangnya payung kerjasama multilateral membuat pendekatan
penjadwalan utang luar negeri dapat dilakukan secara bilateral kepada
negara-negara pemberi pinjaman.
Kendati sering disebut-sebut sebagai salah seorang kandidat terkuat
Menteri Koordinator Perekonomian, ia dengan rendah hati menyebut “nothing
to lose” terhadap kemungkinan memperoleh jabatan itu. Sebab, ini kata
Irsan, semuanya ditentukan oleh SBY. sumber utama dari
Tempo Interaktif
(2004-2009). Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini
berperan mensupport tema kampanye ekonomi SBY-MJK. Ia dinominasikan
menjadi menteri keuangan.
Dia adalah ekonom yang berani menggagas meningkatkan belanja pemerintah
untuk menggerakkan ekonomi, memberlakukan defisit anggaran, serta
menjadwal ulang pembayaran utang luar negeri secara bilateral.
Menurutnya, investasi modal asing belumlah segera dapat diraih sebab mesti
diawali langkah belanja tinggi pemerintah. Ia tergolong ekonom pemberani
yang tak konservatif sebab mau keluar dari arus utama ekonomi yang berlaku
umum.
Usai kemenangan pasangan Capres-Cawapres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
dan Muhammad Jusuf Kalla pada Pilpres tahapan kedua 20 September 2004,
pasar menunggu siapa tim ekonomi pemerintahan dalam lima tahun ke depan.
Nama Prof Dr Irsan Tanjung, yang sudah kenyang dengan pengalaman dan
dikenal sangat profesional di bidangnya termasuk yang dinominasikan dalam
tim ekonomi SBY-JK.
Ia bukan hanya pernah menjadi pejabat di Departemen Keuangan, ia juga
mengajar di beberapa perguruan tingggi, komisaris di beberapa bank
nasional terkemuka, menjadi pemikir dan pemasok utama isu ekonomi dalam
setiap kampanye SBY-Kalla. Dia juga salah seorang pendiri sekaligus Ketua
DPP Partai Demokrat yang berhasil meraih 52 kursi di parlemen pada Pemilu
Legislatif 5 April 2004. Dan lebih spekatakuler lagi, Partai Demokrat
berhasil mendudukkan pasangan SBY-Kalla sebagai Presiden dan Wakil
Presiden RI periode 2004-2009.
Sesuai dengan keahlian Irsan lalu menjadi salah satu ketua yang mengurusi
platform dan kebijakan partai di bidang ekonomi. Sejak itulah Irsan
dibantu sejumlah anggota tim ekonomi terus-menerus memberi masukan kepada
SBY. Mengingat kesibukan SBY yang bertumpuk baik semasih Menteri
Koordinator Politik dan Keamanan maupun setelah mundur dan aktif
berkampanye, tak ada waktu tetap bagi tim Irsan bertemu SBY. Mereka hanya
berusaha mengoptimalkan waktu masing-masing.
Dalam perjalanannya kemudian Irsan menjadi bukan pemasok tunggal isu-isu
ekonomi ke meja SBY dan MJK. Ada yang disebut sebagai The Brighteen
Institute, atau Tim Lembang 9. Demikian pula hadir pengamat pasar modal
Lin Che Wei yang menjadi sukarelawan. Semua secara sinergis menjadi
penopang utama perumusan kebijakan ekonomi terhadap SBY-Kalla. Sebagai
seorang demokrat sejati Irsan Tanjung tak merasa terusik dengan kehadiran
“teman baru” itu.
Irsan Tanjung selalu bernada bicara terpola, tenang, sorot matanya teduh
tak berprasangka, penuh kerendahan hati sebagaimana seorang beriman. Itu,
sepadan pula dengan paduan jas, dasi, dan sepatu yang biasa dikenakan.
Penampilan rapi itu diatur oleh istrinya tercinta boru Siregar, yang
memberinya tiga orang putri dan satu putra, Sandra, Helena, Trina, dan
Edwin.
Irsan Tanjung yang berpenampilan tenang ternyata seorang ekonom penganut
gerak ekonomi yang berani alias tidak konvensional. Beranjak dari kondisi
riil perekonomian Indonesia yang butuh pemantik besar untuk segera hidup
dan bangkit, ia menggagas pentingnya pertumbuhan ekonomi untuk memperluas
lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Resepnya, ia mengusulkan
peningkatan belanja pemerintah dan memperbesar defisit anggaran. Defisit
anggaran ini adalah sesuatu yang biasanya selalu dihindari kalangan
“ekonom konservatif”. Ini yang membuat Irsan Tanjung menjadi dijuluki
seorang “ekonom pemberani”.
Sebagai guru besar ekonomi ia tentu sangat mengetahui betul bahwa mesin
utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah investasi, bukan dengan
menaikkan belanja pemerintah. Namun titik pijak dan titik awal kebangkitan
perekonomian Indonesia saat ini adalah titik dimana pemodal asing masih
belum kunjung datang. Karena itu pemerintah mesti berinisiatif memberi
teladan untuk menumbuhkan kepercayaan investor. Ia menganggap stabilitas
fiskal perlu tetapi seorang Irsan Tanjung ternyata lebih suka stabilitas
yang dinamis bukan statis.
Pola pikir yang demikian menyempal dari arus utama terlihat pula dalam
bagaimana konsep Irsan Tanjung menangani utang luar negeri. Ia menekankan
pentingnya meminta penjadwalan utang dari negara-negara kreditor agar
utang tak membebani anggaran. Belajar dari pengalaman pada masa awal Orde
Baru, putusnya kerjasama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang
membuat hilangnya payung kerjasama multilateral membuat pendekatan
penjadwalan utang luar negeri dapat dilakukan secara bilateral kepada
negara-negara pemberi pinjaman.
Kendati sering disebut-sebut sebagai salah seorang kandidat terkuat
Menteri Koordinator Perekonomian, ia dengan rendah hati menyebut “nothing
to lose” terhadap kemungkinan memperoleh jabatan itu. Sebab, ini kata
Irsan, semuanya ditentukan oleh SBY. sumber utama dari
Tempo Interaktif